Senin, 16 Juni 2014

Cerita Seks Dendam Seorang Pembalap Liar

loading...

Pagi-pagi sekali Herman mengajakku menemaninya ke polsek, awalnya aku tidak tahu apa tujuannya. Namun dalam perjalanan, Herman menceritakannya, bahwa Syamsul semalam ditahan polisi atas tuduhan perampokan dan pemerkosaan. Mendengar hal tersebut aku langsung shok, kenapa bisa Syamsul melakukan hal seperti itu. Dilema besar menghantui kami, hingga aku tidak tenang membawa mobil menuju polsek.

Sejak Herman menikah, kami sudah tidak melakukan hal bejat lagi, hanya usaha plus-plus saja yang kami pertahankan untuk menafkahi kami sehari-hari. Kelalukan seperti memperkosa atau merampok tidak pernah kami lakukan lagi, entah apa yang sedang merasuki Syamsul hingga ia nekat berbuat demikian. Semoga saja tuduhan itu tidak benar.

“Mungkin ke depan, saya mau tutup usaha kita man…”, kata Herman. “Kenapa boss?”, tanyaku. “Kita usaha yang positif saja man…”, jawab Herman. Memang kulihat Herman sudah terlihat agak berbeda sejak ia menikah, mungkin ia sudah mulai bertobat dari segala dosanya. “Gue nyesal man, bisa kayak gini…”, lanjut Herman sambil menundukkan kepalanya. “Hampir sampai boss…”, aku coba mengalihkan pembicaraan, aku tak mau boss Herman bersedih, ia pasti berpikir dialah yang menjerumuskan kami semua.
Sampai di polsek, Herman lalu menemui polisi, mungkin mencoba untuk membebaskan Syamsul. Aku langsung minta ijin bertemu dengan Syamsul. “Satorman…”, Syamsul memanggilku pelan dengan suara yang rendah. Raut wajahnya murung sekali. Ia lalu duduk depanku, “Maafkan aku bro…”, katanya. Kemudian ia mulai bercerita apa yang terjadi dengannya.

Tiga hari sebelumnya Syamsul ditantang adu balap liar dengan seorang pemuda bernama Heru. Syamsul yang sudah yakin dengan settingan motor King nya pun tidak mau diremehkan. “Oke, kita taruhan!”, tantang Syamsul balik. “Lima puluh juta!”, tantang si Heru. Syamsul yang tidak memiliki dana sebesar itu pun bernegosiasi, “Taruhan motor saja…”, kata Syamsul. “Yang kalah serahin motor balapannya saja!”, lanjut Syamsul. “Oke, deal!” jawab Heru.

Syamsul mengenal Heru dari masa lalu nya yang sering ngumpul dengan geng motor. Syamsul sudah lama tidak pernah berkumpul dengan mereka lagi sejak ia buka usaha tambal ban kecil-kecilan, juga membantu menjaga tempat usaha Herman. Balap liar jarang sekali Syamsul ikuti, hanya saja ia sering membantu menyettingkan mesin para joki balap liar itu.

Malamnya tiba, para preman sudah mulai memadati jalan raya yang menuju luar kota, jalanan ini cukup sepi di malam harinya. Tepatnya jam 24:00, para preman sudah menutup jalan untuk sementara. Kiri kanan dipadati para biker jalanan yang clubnya tidak resmi. Rata-rata adalah motor modifan drag race, dari matik, bebek hingga moge.

Syamsul sudah bersiap-siap berlomba dengan Heru, sama-sama menggunakan motor King yang sudah disetting khusus balap liar. Nampak puluhan orang yang berada di kiri kanan jalan juga ribut untuk taruhan.
‘Brrrmmmmmmmmm…..’, suara motor mereka ketika distarter untuk memanaskan mesin. Seorang gadis maju ke depan untuk memberi aba-aba mulainya pertandingan, “GO!!!” teriak gadis itu. Syamsul langsung memacu motor nya dengan cepat. Beberapa detik saja Heru sudah tertinggal. Tanpa speedometer, Syamsul menerka-nerka bahwa kecepatannya telah mencapai 180kpj. Penonton kiri kanan terus bersorak, Heru yang tertinggal berusaha mengejar, namun selisih jarak mereka cukup jauh. Nampak settingan motor Syamsul jauh lebih unggul.

Heru terus menarik gasnya hingga full. Posisi mereka sudah kian mendekat. Heru memepet ke Syamsul yang masih unggul. Tampak di depan, garis finish sudah tidak begitu jauh, Syamsul terus memacu kuda besi nya, ia sangat berharap bisa memenangkan pertandingan ini. Selain hadiah yang diperoleh, nama bengkelnya pun bisa ikut naik pamornya.

Akhirnya Syamsul mencapai finish setelah tidak sampai satu detik disusul Heru. Syamsul tampak senang sekali, ia melepaskan helmnya lalu tersenyum ke arah Heru. Namun Heru nampak kesal, ia membuka helmnya lalu melemparnya ke arah Syamsul. “Hey! Lu pasti main bangsat ya?! Lu pakek ilmu hitam?!”, tanya Heru dengan nada yang kasar. Di balap liar ini, sudah tidak heran, beberapa joki masih percaya dengan bantuan dukun. “Yang sportif dong!!!”, teriak penonton ke arah Syamsul, mereka mengira apa yang dikatakan Heru adalah benar.

Lalu beberapa pria mendekati Syamsul, mereka adalah geng motor temannya Heru. “Bajingan, main bangsat juga lu ya?”, kata kawanan itu. “Hey, kalian boleh ngecek, apa gue pake guna-guna atau enggak! Gentel dong! Kalau kalah ya kalah!!”, balas Syamsul. Dikatain begitu malah membuat gerombolan itu marah. Mereka lalu memukuli Syamsul, beberapa orang mendorong motor Syamsul lalu berteriak, “Bakar!!!”. Terlihat mereka yang kalah taruhan sangat tidak terima, mereka malah melampiaskannya pada Syamsul yang diduga menggunakan ilmu hitam.

Syamsul tak bergerak dipukuli, dan ia hanya bisa meratapi motornya yang sudah dilumat si raja api. “Motorku….”, teriak Syamsul. Pria yang ramai itu pun meninggalkan Syamsul, mereka berbondong-bondong pergi dari sana dengan motor mereka, menimbulkan suara ribut knalpot racing motor gede mereka. Syamsul kaget dan segera mencari tempat persembunyian, karena ia mendengar suara sirene dari mobil polisi yang menuju ke arahnya. Polisi ramai sekali memadamkan kobaran api yang melahap motor King milik Syamsul, para polisi menyisir tempat itu untuk mengejar para pembalap liar. Syamsul hanya bisa mengintip dari persembunyiannya.

“Gue nyesal ikut balap liar man…”, cerita Syamsul sambil menundukkan kepalanya. Ia sangat terpukul sekali, kemenangannya malah membawa bencana besar bagunya. Ia kehilangan motor kesayangannya. Itulah dunia gelap, sesuatu yang tidak resmi tidaklah baik, balap liar seperti itu sudah sering menimbulkan keributan. “Lalu bagaimana kamu bisa dituduh merampok dan memperkosa bro?”, tanyaku. Masih dengan muka tertunduk, Syamsuk mulai melanjutkan ceritanya.

Syamsul menaruh dendam dengan Heru, ia sudah merencanakan untuk balas dendam pada Heru. Keesokan malamnya, Syamsul sudah mengintai Heru, ia punya rencana untuk mencuri motor King nya sebagai ganti rugi motornya yang dibakar geng motor kawanan Heru. Syamsul yang tadinya menenggak minuman keras untuk menghilangkan bebannya kini sudah sedikit mabuk, ia melihat Heru membawa motor Kingnya berboncengan dengan seorang cewek yang diduga adalah pacar Heru, Syamsul yang menyewa ojek pun mengikuti Heru dari belakang.

Aneh, Heru malah masuk ke hutan, tempat yang gelap dan sunyi. Syamsul meminta ojek meninggalkannya di depan, lalu ia berjalan masuk hutan secara mengendap-ngendap. Terlihat motor King Heru terparkir di dalam, dan ada sebuah pondok kecil di dalam hutan itu. Ternyata Heru ingin berpacaran di tempat sepi seperti dalam hutan yang sunyi tanpa gangguan siapapun. Syamsul pun mengendap-ngendap dengan membawa sebuah belati dan berbekal seutas tali, ia sudah tidak tahan ingin meluapkan emosinya.
“Halloooo soobaaatttttt….”, sapa Syamsul yang tiba-tiba muncul dari balik semak belukar. Heru langsung kaget, kemunculan Syamsul menghentikan kemesraannya berciuman dengan pacarnya. Suasana yang gelap hanya diterangi cahaya rembulan membuat Heru sedikit sulit melihat sosok di balik kegelepan itu, “Syamsul?…”, Heru memastikan.
“Ha ha ha ha ha…”, Syamsul tertawa terbahak-bahak, “Gue mau ambil hasil taruhan gue…”, kata Syamsul. Heru kaget bukan main, ia terlihat salah tingkah karena sedang pacaran di tempat gelap. “Lu ngapain di sini?!”, teriak Heru yang sontak langsung bangkit. Pacar Heru terlihat takut dan langsung bersembunyi di belakang Heru. “Serahin motor lu, atau gue bunuh?!”, ancam Syamsul. “Kampret! Enak aja…” jawab Heru yang langsung menyerang Syamsul. Sayangnya Syamsul sangat gesit, dengan beberapa pukulan saja Heru langsung dengan sekejap bisa dilumpuhkan.

“Masih mau melawan?”, tanya Syamsul yang langsung mengikat Heru dengan tali yang ia bawa. “Lepasin gue kampret!”, teriak Heru yang masih mencoba melawan. “Lu mau gue bunuh coy?!”, ancam Syamsul dengan mendekatkan belatinya ke leher Heru. Heru langsung diam, namun terdengar isak-isak tangis pacarnya. “Wew, cantek juga cewek lu coy?”, kata Syamsul yang melihat ke arah pacar Heru. “Ambil aja motor gue! Lepasin kami!!”, Heru berteriak. “Hmmm… Kayaknya gak sebanding coy…”, Syamsul melihat gadis itu sambil menenggak ludah.

Gadis itu masih ABG, mungkin umuran tujuh belas tahun, rambutnya lurus panjang, tubuhnya pun mungil seksi. “Siapa nama lu?”, tanya Syamsul kepada gadis itu. “Milaaa….. bangg…”, gadis itu menjawab dengan ketakutan. “Hmm, Mila… Nama yang bagus…”, kata Syamsul. “Lu boleh bunuh gue, tapi lepasin dia!”, teriak Heru. Syamsul lalu memandang ke arah Heru, dengan muka kesal Syamsul lalu meninju perut Heru yang terikat tak berkutik. “Lu mikir ga sama keadaan gue?”, tanya Syamsul. “Oke… Oke… Lu ambil aja tuh motor…”, jawab Heru. “Enak aja lu ngomong…”, Syamsul kesal langsung menampar Heru. Pacar Heru terus menangis melihat Heru diperlakukan seperti itu. “Itu motor hadiah menang taruhan… Kampreettttt…. Lu masih ngutang satu motor lagi buat gantiin motor gue yang kalian bakar…”, kata Syamsul. “Terus, harga diri gue lu juga mesti bayar… Kampreettttttt…. Dikeroyok orang, terus dituduh pakai ilmu hitam…”, lanjut Syamsul. “Kini gue mau liat harga diri lu gimana…”, kata Syamsul yang langsung mendekati Mila.
“Woi, lepasin dia!!!”, teriak Heru. “Oke… Oke… Gue bayar… Gue tambahin jadi tiga motor sekalian buat lu…”, Heru mencoba menawar. Syamsul lalu balik ke arah Heru, bukan melepaskannya, Syamsul malah menutup mulut Heru dengan sapu tangannya. “Hmmm… Hmmm…..”, Heru coba berteriak dengan mulut yang tertutup sapu tangan. “Lu diam aja, jangan berisik, nikmati aja perasaan lu…”, kata Syamsul yang kemudian kembali berbalik ke arah Mila.

“Ja….jangaannnnn baannggg….”, gadis kecil itu memohon. “Kalau kalian mau hidup, lu mesti layani gue…”, ancam Syamsul dengan memainkan belatinya. Mila malah terus menangis ketakutan. “Woi woi.. Lu mau liat gue bunuh cowok lu??…”, ancam Syamsul. “Jaannngaaaannnn baanngggg…. Hiikkkksssss….”, jawab Mila. “Kalau gitu, sekarang lu buka semua pakaian lu!”, perintah Syamsul.

“Hmmmm hmmmm hmmmmmm…..”, Heru mencoba melarang Mila. Syamsul terus memainkan belatinya hingga Mila ketakutan. Tidak ada pilihan lain, Mila dengan terpaksa memenuhi permintaan Syamsul. Heru masih terus mencoba berontak dan berteriak, namun usahanya hanya sia-sia saja. Dengan wajah yang bercucuran air mata, Mila pelan-pelan membuka baju kaosnya, ditariknya dengan perlahan hingga kaosnya ke atas dan terlepas. Buah dadanya yang belum begitu besar terlihat segar ditutupi bra berwarna pink.
Syamsul menjulurkan lidahnya, menandakan ia sangat menikmati pemandangan indah di depannya itu. Lalu Mila mulai membuka resleting celana jeansnya. “Ayo cepet… Apa mau gue yang bukain?!”, kacau Syamsul. Mila takut sekali, ia lebih memilih melepaskan sendiri daripada harus dilepaskan oleh Syamsul. Celana jeans birunya pun perlahan-lahan ditarik ke baeah, hingga tampak celana dalam Mila yang berwarna pink, dengan motif bunga yang cantik. Kini Mila hanya mengenakan bra dan celana dalam, ia berusaha menutupinya dengan tangan, namun Syamsul melarangnya, “Woi, gue minta lu bugil!!”, teriak Syamsul. Sontak saja Mila kaget, masih dengan raut wajah sedih, ia perlahan melepaskan bra nya sendiri.

Heru masih terus berontak, suaranya tidak kedengaran, Syamsul pun sudah tidak memperdulikannya. Mila sudah melepaskan bra pink nya, susunya yang segar itu terlihat indah, putingnya merah muda dan masih kecil. Dengan sebelah tangannya ia berusaha menutupi dadanya, sebelah tangannya lagi menarik celana dalamnya turun. “Gak perlu malu-malu… Cukup gue aja yang dipermaluin cowok bangsat lu itu…”, kata Syamsul.
Kini Mila sudah telanjang bulat setelah berhasil membuka celana dalamnya. Dengan kedua tangannya ia berusaha menutupi dada dan kemaluannya. Sekilas terlihat oleh Syamsul, sela di antara paha Mila yang masih jarang bulunya. “Woi woiii……”, Syamsul bermaksud agar Mila tidak menutupi dada dan kemaluannya. Mila kembali menangis, “Jangan apa-apain gue bannngggg…”, pintanya sambil menurunkan tangannya. Syamsul tidak menggubris, ia hanya memplototi tubuh Mila yang indah itu.

“Lu bisa nari ga?”, tanya Syamsul ke Mila. “Gaaa… a… gaa biiiss…saaa bannggg…”, Mila menjawab dengan ketakutan. “Makanya belajar… Mau gue ajarin??”, tanya Syamsul. Tak mau menjawab Syamsul, Mila lalu coba berjoget, ia ketakutan, badannya gemetaran, ini lebih baik pikirnya daripada harus diajarkan Syamsul. “Nah, tuh bisa….”, singgung Syamsul sambil bertepuk tangan. Mila menggerakkan tubuhnya, dari tangan sampai ke kaki bergoyang. Syamsul lalu mengeluarkan hp nya, lalu memainkan musik disco. Mila berjoget dengan tubuh yang gemetaran, wajahnya masih dipenuhi air mata yang terus mengalir. “Jangan nangis donk, cup cup cup, tar cantiknya gak keliatan…”, olok Syamsul.

Mila terus bergoyang, hingga ia sedikit capek dan memelankan gerakannya. “Kalo capek, istirahat aja… Sini gue pijitin…”, kata Syamsul. Mila langsung pucat ketakutan, “Janngaannn baannnggg….”, Mila menghentikan gerakannya dan kembali menangis dengan kencang. “Sini, gue cuma mau lu bukain pakaian gue!”, Syamsul memerintahkan Mila. Heru masih terus berontak walaupun ia tahu usahanya sia-sia. Mila tidak berani mendekat hingga Syamsul kesal kemudian berteriak, “Lu mau gue bunuh?!”, ancamnya sambil mengarahkan belatinya.

Perlahan Mila mendekati Syamsul, “Nah gitu dong, anak baik….”, olok Syamsul. Kancing bajunya satu per satu dilepas oleh Mila. “Dilihat dari dekat, ternyata Mila sangatlah cantik…”, rayu Syamsul yang diam membiarkan Mila melepaskan pakainnya. Mila memalingkan wajahnya, ia takut memandang tubuh Syamsul yang dipenuhi tatto itu. Baju Syamsul yang hanya selapis sudah terbuka, kini giliran celana jeans nya yang terkoyak di sebelah lutut. Mila melepaskan kancing dan membuka resleting celana jeans Syamsul, lalu pelan-pelan ditariknya turun ke bawah.

“Mila mau gak jadi pacar abang?”, tanya Syamsul. Mila tidak berani menjawab, wajahnya masih memaling kesebelah, ia tak mau memandang ke depan, di mana celana jeans Syamsul sudah turun, dan menampakkan penisnya yang mengeras dibalik celana dalam kumalnya. “Gak apa-apa, Mila pikirkan saja dulu…”, lanjut Syamsul.

Kini tubuh Syamsul hanya mengenakan celana dalam abu-abu kumal saja. “Lanjutin dong…”, perintah Syamsul. Mila pelan-pelan menarik turun celana dalam Syamsul hingga penis besarnya menyembul keluar. Mila ketakutan tak ingin melihat benda itu, mungkin jijik baginya, karena Syamsul yang urakkan, penisnya berbau pesing. “Mila kok gak mau lihat?”, tanya Syamsul. Mila terus meneteskan air mata, dengan terpaksa ia pun memandang ke depan, ia sedikit takut dengan penis besar Syamsul yang berbau pesing.
“Jangan malu-malu, kalau penasaran, pegang saja…”, kata Syamsul bermaksud menyuruh Mila memegang penisnya itu. Mila sangat ketakutan, tangannya gemetaran diarahkan ke penis Syamsul. ‘Hmmm…. Hmmmmm…’, suara teriakan Heru yang tak kedengaran. Mila akhirnya dengan terpaksa memberanikan diri menyentuh penis Syamsul. “Nah, gitu dong… Dikulum aja kalo haus…”, kata Syamsul. Dengan tangan yang masih gemetaran, Mila menyentuh penis Syamsul. Mila terlihat jijik memegang penis Syamsul, ia hanya menyentuh dengan ujung jarinya. “Milaaaa…..”, suara Syamsul menekan Mila. Penis Syamsul akhirnya dipegang Mila, lalu Syamsul menuntun tangannya untuk mengocok penis Syamsul. Mila mulai mengocok penis Syamsul dengan perlahan, walaupun tangannya gemetaran, tapi ia sudah membuyarkan rasa jijiknya.

“Bagus… Teruskan sayang….”, kata Syamsul. Mila terus mengocok penis Syamsul dengan pelan, ia bergantian tangan ketika capek mengocoknya, tangan kiri lalu dengan tangan kanan. “Kalo capek ya pake mulut aja sayang…”, kata Syamsul. Jelas saja Mila takut, ia sangat jijik dengan penis Syamsul yang bau pesing itu, apalagi kalau harus memasukkan benda itu ke dalam mulutnya. Mila terpaksa terus mengocok penis Syamsul dengan kedua tangannya, walaupun tangannya sudah terasa sedikit sengal.

Heru sudah menyerah akan usahanya, mulutnya yang tertutup sapu tangan tak mampu berteriak, lagian kalau pun dia berteriak, tidak ada yang mendengar, karena Heru tau mereka dalam tengah hutan. Lokasi ini memang dipilih Heru sebagai tempat pacaran, karena sangat sepi, bahkan mereka bisa berbuat mesum tanpa diketahui siapapun, tempat yang aman dan gratis pikirnya. Kinu Heru hanya bisa pasrah, dengan berlinang air mata, ia tak mampu melihat derita pacarnya.

Syamsul kemudian menjambak rambut Mila, ia mulai bosan kocokan tangan Mila, ia ingin Mila mengocok penisnya dengan mulatnya. “Pakek mulut dong!”, perintah Syamsul langsung menjambak rambut Mila agar wajah Mila mendekat ke penisnya. Mila ketakutan, pipinya yang basah dengan air mata kini menyentuh penis Syamsul yang besar dan berbau pesing. “Ayo!!!”, Syamsul memaksa dengan tamparan lembut di pipi Mila menggunakan penisnya. Mila pun dengan terpaksa membuka mulutnya, lalu Syamsul dengan memudah menyodorkan penisnya ke dalam mulut Mila.

Dengan mata tertutup Mila akhirnya mengikuti perintah Syamsul, ia biarkan penis Syamsul yang bau itu masuk ke mulutnya. “Bagus….”, puji Syamsul menampar kecil pipi Mila dengan tangannya. Lalu Syamsul menjambak kembali rambut Mila, agar Mila memaju mundurkan wajahnya. Mila pun tidak ada pilihan lain, dengan sangat terpaksa ia belajar menyepong benda bau pesing milik Syamsul itu. Penis Syamsul terus kelua masuk di mulut mungilnya Mila. Sesekali Syamsul juga menahan kepala Mila, agar penis Syamsul terdorong masuk hingga ke tenggorokan Mila, membuat Mila serasa ingin muntah.

Cukup lama Mila menyepong penis Syamsul, hingga Syamsul sudah cukup bosan. Ia meminta Mila melepaskan sepongannya, agar Syamsul juga tidak cepat berejakulasi, ia tampak belum puas menikmati Mila. Lalu Syamsul membaringkan Mila di pondok kecil itu, Syamsul lalu menimpa nya. “Tadi Mila sedot punya abang, gantian abang sedot punya Mila ya….”, kata Syamsul yang langsung menyedoti susu Mila. Dengan ganas Syamsul menyedoti susu Mila yang masih kelihatan kecil dan segar. Perlawanan Mila tak berarti, tangannya ditangkap Syamsul, hingga dengan sangat leluasa Syamsul menyedoti susu Mila. Lalu diciumnya di antara puting, hingga ke leher Mila, kemudian Syamsulpun melumat bibir Mila yang mungil itu. Bibir Mila menutup sehingga Syamsul memaksa dengan bibirnya agar mereka bisa berciuman, lidah Syamsul dijulurkan hingga menerobos masuk ke mulut Mila, dijilatinya bibir Mila. Lalu jilatan Syamsul bergerak ke leher, hingga kembali ke dada Mila.

Dua buah dada Mila yang segar itu terus dikenyot Syamsul tanpa henti. Mila hanya bisa menangis tanpa bisa melawan. Sedangkan Heru meratapi nasibnya, ia mungkin juga menyesal telah berurusan dengan Syamsul. “Suegerrrrr……”, olok Syamsul ketika puas menikmati payudara Mila, ia sengaja menatap ke arah Heru agar Heru menderita melihat semua ini.

“Tenang bro, Herman pasti segera mengeluarkanmu dari sini…”, aku memotong cerita Syamsul. “Tidak man, gue orang bejat… Gue pantas mendapatkan semua ini…”, kata Syamsul. Ia sangat terpukul sekali, sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan, menginap di penjara. Herman masih bernegosiasi dengan kepala polsek, semoga saja Herman berhasil. Syamsul masih menundukkan kepala sambil meneteskan air mata, “Gue bejat man…”, katanya yang kemudian melanjutkan cerita.

Ciuman Syamsul sudah mengarah ke perut Mila, kemudian berlanjut hingga ke selangkangan Mila. Syamsul menjilati bulu-bulu halus di sekitar vagina Mila. Tubuh Mila gemetaran, ia sangat takut sekali, “Jaangan peerkoosssa Mila banggg….”, Mila memohon. Syamsul tidak memperdulikannya, ia menjilati daerah sekitar vagina Mila hingga Mila kegelian. Lalu Syamsul mencium vagina Mila, “Hmm, masih rapet…”, kata Syamsul. “Udah pernah ngentot belum?”, tanya Syamsul. Mila hanya menangis tidak berani menjawab. “Hahaha, gak usag munafik, paling-paling si jahanam Heru udah nodai lu juga…”, kata Syamsul lalu melanjutkan ciumannya di vagina Mila. Lalu dijulurkan lidahnya untuk masuk ke vagina Mila. Tubuh Mila bergelinjang kegelian, Syamsul terus menjilati vagina Mila, terutama di daerah klitoris, sehingga Mila tak mampu menahan rasa gelinya.

Kini sambil menjilati klitoris vagina Mila, Syamsul menyodokkan jari telunjuknya ke vagina Mila. “Aughhhh…..”, rintihanMila karena vaginanya dengan tiba-tiba ditusuk kasar oleh Syamsul. Mila terus bergelinjang kegelian, klitorisnya terus dijilati Syamsul dan vaginanya terus ditusuk dengan jari Syamsul. Mila tak mampu menahan rasa geli itu, karena Syamsul tak henti-henti membuat Mila merasakan nikmat.

“Hahaha, sudah mulai nikmat kan Mila?….”, tanya Syamsul dengan raut wajah kegirangan. Ia terus menjilati klitoris vagina Mila, dan jarinya pun masih terus mengobok vagina Mila. “Umhmhhh…”, desahan Mila yang ditahan, Mila nampak sudah terangsang namun ia menyembunyikan perasaannya, ia menggigit bibir bawahnya karena rasa nikmat dan geli sudah merasuki hingga ke otaknya.

Beberapa menit berlalu, “Sudah gak perawan?…”, tanya Syamsul yang sudah menghentikan jilatannya, namun jarinya masih terus mengobok-ngobok vagina Mila. “Hmmmrmmrrr….”, suara Heru tidak terdengar jelas. Mila pun hanya menangis, ia tidak tahu apa yang selanjutnya akan terjadi padanya, ia hanya bisa pasrah. Syamsul lalu mempercepat gerakan jarinya, hingga Mila bergelinjang, matanya membelalak dan Mila akhirnya berejakulasi, air cair banyak bersemburan dari dalam vagina Mila. Ketika Syamsul mencabut jarinya, air itu pun bersemburan kemana-mana, membasahi tangan Syamsul.

“Hahaha, nikmatkan Mila?…”, tanya Syamsul. Lalu ia mendekati Heru dan melapkan tangannya ke muka Heru. “Neh, buat lu…”, lalu Syamsul juga melapkan tangannya ke baju Heru hingga tangannya kering.
Syamsul kembali mendekati Mila, “Sayang, ngentot yuk…”, ajak Syamsul. Mila ketakutan, ia coba bangkit untuk berusaha menjauh. Mila berusaha kabur, ia berlari walaupun badannya sempoyongan, “Hey!”, teriak Syamsul yang lalu mengejarnya. Tanpa berbusana mereka berkejaran, namun karena kondisi Mila yang sedikit tidak baik, ia pun terjatuh, dengan mudah Syamsul mendapatkan kembali mangsanya itu. Rambut Mila dijambak dan ditarik agar mengikutinya kembali ke pondok. “Mau kabur ke mana lu?”, tanya Syamsul lalu menghempaskan badan Mila ke pondok.

Mila terus menangis, ia ditendang dengan keras oleh Syamsul tepat di perutnya, “Lu mau gue bunuh?!”, ancam Syamsul. Lalu ia kembali menjambak rambut Mila, lalu menampar pipinya. Mila menangis dengan kencang, air matanya tidak berhenti bercucuran. Syamsuk lalu memperhatikan Heru, “Jangan salahkan gue, ini semua salah lu!!!”, kata Syamsul ke Herman.

Syamsul lalu menarik kaki Mila, kakinya dibuka lebar, lalu Syamsul tanpa aba-aba langsung menusukkan penisnya yang sudah mengaceng sedari tadi ke arah vagina Mila. “Arghghhhhh……”, rintihan Mila ketika vagina sempitnya dijebol paksa oleh penis besar milik Syamsul.

‘Waduh, napa gak ajak-ajak?’ pikirku dalam hati. Mendengar cerita Syamsul bukan membuat aku iba, namun aku sedikit terangsang, penisku sedikit demi sedikit mulai mengeras. Namun aku tidak mau menyinggung perasaan Syamsul, aku pura-pura iba sambil mendengarkan ceritanya.

Syamsul mulai menggenjot pelan tubuh Mila. “Argh…”, desahan kecil Mila terdengar jelas di dalam hutan yang sepi begini. Hanya dengan cahaya remang-remang sinar rembulan, Syamsul menikmari tubuh indah Mila. Tubuh Mila bergoyang seirama dengan genjotan Syamsul. ‘Ceplok ceplok…’, suara berasal dari gesekan penis Syamsul dan vagina Mila. “Asyik kan Mila?…”, tanya Syamsul sambil berbisik ke telinga Mila. Hanya rintihan kesakitan bercampur desahan kenikmatan yang keluar dari mulut Mila, ia di posisi yang sangat menyulitkan, merasa terhina namun juga menikmati sensasi seks yang tidak bisa dipungkiri baginya. Sungguh dilema besar bagi Mila, ia harus diperkosa di depan pacarnya sendiri.

“Oh oh oh…”, desahan terus terdengar walaupun Mila masih terus meneteskan air mata. Genjotan Syamsul pun tidak berhenti, malah semakin kencang. Syamsulpun tidak hanya mengentotnya saja, ia juga melumat bibir dan payudara Mila. Tubuh Mila penuh cupangan, terutama di leher dan sekitar payudaranya. Puting susunya yang merah muda pun terlihat sedikit memar akibat digigit Syamsul. Bertubi-tubi serangan yang dilakukan Syamsul, remasan-remasan di daerah dada Mila terus bergulir, bahkan ia mencengkram erat susu kecil Mila itu hingga Mila menjerit kesakitan.

Tubuh Mila maju mundur bergerak seiring goyangan Syamsul. Terus menerus digenjot hingga Mila tak mampu bergerak lagi, badannya sudah loyo tak bertenaga. Syamsul tidak memperdulikannya, ia masih semangat menggenjot Mila yang malang itu. Sesekali ia memelankan gerakannya supaya ia tidak cepat mencapai ejakulasi. Sedangkan Heru sudah diam, ia juga capek berontak, tergeletak begitu saja tanpa gerakan berarti, tampak ia sudah lemas tak bertenaga.

Tubuh Mila dipeluknya erat, hingga dada mereka bersentuhan, bibir Mila terus dicium Syamsul, dan tidak henti Syamsul masih menggenjot Mila. Hingga Syamsul mencapai klimak, ia mencengkram erat tubuh Mila. “Jangannnnn…..”, teriak Mila sambil mendorong Syamsul, namun usahanya percuma, Syamsul membiarkan penisnya berejakulasi di dalam vagina Mila. Spontan Mila langsung menangis dengan keras, Syamsul tidak peduli, ia terus memeluk Mila dan membiarkan penisnya tertancap di dalam vagina Mila.

“Syam…”, sapa boss Herman mendekat ke arah kami, tampaknya negosiasi mereka sudah selesai. “Man…”, balas Syamsul yang masih menundukkan kepala. “Gimana boss?”, tanyaku ke Herman. Sejenak Herman hanya diam saja, lalu ia berkata, “Kami akan berusaha mengeluarkanmu dari sini…”, Herman memberi semangat kepada Syamsul. Menangis, hanya itu yang bisa Syamsul ungkapkan. Lalu seorang polisi menghampiri kami dan mengatakan waktu jenguk kami sudah habis. Sebelum kami pergi, Syamsul hanya berpesan supaya kami kembali ke jalan yang benar.

“Apa harus kita lakukan boss?”, tanyaku kepada Herman saat dalam perjalanan pulang. “Tak ada…”, Herman menjawab dengan wajah yang murung. “Semua bukti sangat kuat…”, lanjut Herman. “Kita cuma bisa membantu mencari pengacara hebat saja, setidaknya membantunya mengurangi masa tahanan”, lanjut Herman.

Seminggu berlalu akhirnya sidang Syamsul dibuka, ia divonis penjara selama lima belas tahun atas tuduhan pemerkosaan dan perampokan. Semua bukti memberatkannya, pengacara yang Herman bayarpun tidak banyak membantu. Dari ceritanya memang sangat jelas, bukti dan saksi sudah tidak dapat dielakkan.

Syamsul menarik keluar penisnya dan membiarkan Mila terbaring bugil dengan vagina yang meneteskan sperma yang tersisa. Sebelum pergi, Syamsul sempatkan menendang Heru, disiksanya hingga puas, lalu dikencinginya pas ke wajah Heru. “Liat akibat perbuatan lu!”, kata Syamsul. Motor milik Heru dinyalakan lalu dibawa pergi Syamsul, meninggalkan Heru dan Mila yang tak berkutik di dalam hutan.
Besoknya, Syamsul ditangkap di kiosnya, tanpa perlawanan Syamsul digiring ke polsek. Heru yang membuat laporan, ia tampak dengan muka lebamnya masih marah dengan Syamsul, sedangkan Mila dirawat di rumah sakit, ia divisum dan positif bahwa sperma Syamsul tertinggal di vaginanya.

Kami selalu mengunjungi Syamsul, dia adalah teman kami, dan kami tidak bisa meninggalkannya. Ironisnya dikunjunganku yang ketiga, ia meluapkan semua perasaannya, ia menceritakan sampai menangis. Syamsul sudah bertobat, ia akan kembali ke jalan yang benar, katanya ia akan bertanggung jawab pada Mila jika memang Mila hamil dan meminta pertanggungjawaban. Aku tidak bisa menceritakan kepada Syamsul, karena ku dengar Mila akan mengaborsi kandungannya jika ia ternyata hamil. “Man, kamu juga harus pikirkan masa depan, hidup sekarang ini tidak baik…”, kata Syamsul. “Hidup di penjara tidak enak man…”, lanjutnya bercerita. Kata Syamsul ruangannya dingin, ia hanya tidur beralas tikar, makanan cuma nasi putih dengan telur goreng, itu pun sering direbut teman satu selnya, yang lebih ironisnya lagi, penghuni sel sangat membencinya. Syamsul bercerita hingga menangis, di sini ia sangat tersiksa, para narapidana lain sering memberinya ganjaran, karena di sini pemerkosa adalah orang terkutuk. Penisnya sering dipukul oleh narapidana di sini, kadang dioleskan cabe, kadang juga menggunakan balsem, kadang penisnya ditarik paksa oleh napi lain hingga Syamsul harus merasakan sakit yang luar biasa di penisnya, itulah hukuman bagi seorang pemerkosa kata Syamsul. Mendengar ceritanya aku merasa ngeri, semoga pengalaman Syamsul bisa membuatku berubah dan tidak mengikuti jejaknya.
TAMAT

Cerita Seks Dendam Seorang Pembalap Liar Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar